Sabtu, 01 Maret 2014

Always Be In Your Heart, Pulang Ke Hatimu (Review)

 Menunggu itu menyakitkan. Melupakan juga menyakitkan. Tetapi,penderitaan terbunuh adalah ketika kita tidak tahu harus melakukan yang mana.
~Paolo Coelho~

Kalimat di atas bisa ditemukan di halaman pertama novel setebal 234 halaman ini. dengan sampul berwarna degradasi hijau kuning, hiasan bunga cherryblosom dengan burung dan sangkar yang kosong menunjukkan kesan manis dan sesuai dengan cerita yang disuguhkan oleh shabrina WS.
Novel ini adalah tentang Marsela dan Juanito yang merupakan tetangga dengan halaman rumah yang menjadi satu. Sejak kecil mereka sudah akrab sebagai kakak adik. hingga menginjak dewasa ketika status kakak adik tidak bisa lagi disematkan, Juanito melamar Marsela agar dia tetap bisa menjaga “adik” nya tersebut. Namun, ketika pernikahan hampir terlaksana mereka dipisahkan oleh referendum yang terjadi di Timor Leste. Marsela dan Apa nya harus pergi dari Ermera dan tinggal di wilayah Indonesia, sedangkan Juanito dan keluarganya tetap di Ermera. Juanito berjanji akan menemui Marsela dan menunaikan apa yang telah meraka rencanakan. Waktu terus berjalan dan penantian Marsela tidak kunjung menemukan muaranya. Hingga Apa Marsela meninggal, dan kehadiran seseorang bernama Randu tidak juga membuat Marsela berhenti berharap Juanito akan menjemputnya. Setelah sepuluh tahun berlalu, apakah perasaan Juanito masih tetap sama pada Marsela?
Referandum yang berakhir dengan terpisahnya Timor Leste dari wilayah Indonesia menjadi latar dari cerita cinta ini. walaupun cerita tentang referandum dan ketegangannya hanya diceritakan pada satu Bab, kesannya terasa dari awal hingga akhir kisah. Membaca Novel ini, saya kembali mengingat setting tempat yang di pakai di film Tanah Air Beta dan sedikit dari film Atambua 39oC. Selain itu, tokoh Marsela juga yang muncul dalam Imajinasi saya adalah para pemain Tanah Air Beta. Beberapa kata bahasa daerah yang disematkan tidak membuat bingung karena langsung dijelaskan melalui catatan kaki di halaman yang sama
Sama seperti pada Betang, Cinta yang Tumbuh dalam Diam, Novel tipis ini padat dengan informasi dan pesan yang diselipkan dengan wajar. Ciri khas mbak Shabrina dengan Fabelnya juga disajikan melalui monolog Lon (Anjing Marsela) di prolog dan Royo (anjing Juanito) di Epilog.

DI TEPI SUNGAI GLENO
Hadiah dari Penulis :)
Mencarimu, menuruni lembah di Ermera
Dan berlari membelah kebun kopi
Aku melawan arah angin
Yang manampar-nampar sabana
Dan stepa yang menguning
Lalu, aku berdiri sendiri, di tepi sungai Gleno
Menulis kita tentang kita
Tentang mimpiku,
Tentang mimpimu
Tentang kita
Tentang
Secangkir kopi Ermera
Dan
rasa yang tersimpan

1 komentar: